Tantangan di Tahun Pertama angkatan kelas 1 SMP

  Mondok di tahun pertama, sudah tentu banyak ujian dan cobaan. Oleh karena itu sebagai pengurus santri, dalam mendampingi mereka tidak cukup secara personal saja, melainkan pendampingan dalam organisasi satu angkatan. 

Satu angkatan adalah keseluruhan santri dengan kelas yang sama, dan memiliki nama yang sudah dipilihkan oleh khadimul Ma'had. Untuk tahun ini, pertama kalinya nama angkatan dibedakan antara putra dan putri. Sebut saja angkatan putri tahun ini adalah ASN.

Ketua angkatan ASN, dipilih oleh anggota angkatan tersebut dengan bantuan kakak OSPA.Hal ini karena kelas 1 belum terlalu mengenal satu sama lain. Sedangkan pengurus angkatan, mereka memilih sendiri dengan perwakilan masing-masing kamar yang berjumlah 4 kamar.

Dalam perjalanannya, ASN bisa berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari partisipasi mereka yang kompak dalam setiap lomba yang diadakan oleh OSPA. Namun di beberapa hal, tentunya konflik internal banyak terjadi juga diantara mereka.

Sebagai lurah, pendampingan dalam kumpulan perkamar maupun seangkatan pun dilakukan. Serta pendekatan personal juga dilakukan untuk anak-anak tertentu yang membutuhkan perhatian lebih.

Indikator bahwa ada masalah internal adalah ada santri yang minta pindah, tidak betah karena pertemanan. Selaku lurah, maka tindakan yang dilakukan adalah mencari info dari berbagai sumber seperti wali asuh, wali santri, teman-temannya. Kemudian mengajak untuk deep talk dengan anak tersebut.

Angkatan ASN, mulai muncul anak yang tidak betah di semester 2, yaitu 2 orang. Ketika di telusuri, anaknya benar-benar tidak siap dengan kondisi pesantren. Kebiasaan di rumah yang biasa di manja, kemudian tidak bisa suasana berisik, ketika tidur harus kondisi gelap,dsb. Kemudian dari orang tuanya juga mendukung pilihan anaknya. Hal ini yang menyebabkan pengurus pesantren tidak lagi memaksakan untuk bertahan, melainkan dikembalikan kepada orang tuanya.

Di semester 2 ini, angkatan ASN, memang sedang banyak tantangan. Ada kejadian kesurupan massal, hampir 30 an anak terdampak kejadian tersebut. Hal ini terjadi saat mereka baru kembali ke pesantren setelah libur panjang lebaran. Peristiwa ini, Alhamdulillah bisa teratasi dalam waktu kurang lebih 2 Minggu.

Masuk pada bulan Juni, yaitu bulan terakhir mereka kelas 1. Tantangan pun muncul kembali. Beberapa wali santri mengkonfirmasi akan menarik anaknya untuk pindah di sekolah luar. Alasannya ada berbagai macam, ada yang sakit, finansial, trauma dengan kejadian kesurupan massal. Dan intinya adalah tidak betah karena pertemanan.

Saat ini, angkatan ASN jumlahnya terbanyak diantara 6 angkatan, yaitu 73 orang. Dan di bulan akhir tahun pelajaran ini, ada 6 orang yang berencana pindah setelah ujian. Hal ini tentunya menjadi hal yang cukup memprihatinkan bagi kami selaku pengurus pesantren.

Langkah-langkah yang dilakukan, tentunya komunikasi yang lebih intens dengan anak-anak tersebut, serta memanfaatkan kumpulan angkatan dan kumpulan saat ziarah ke maqbaroh, sebagai media untuk mensolidkan angkatan mereka.

Wali santri kita arahkan sowan ke bunyai, serta khodimul Ma'had berkomunikasi langsung secara khusus dengan angkatan ASN. Yang paling penting lagi tentunya, mengajak anak-anak untuk banyak berdoa, agar mereka betah dan kuat di pondok, serta mendapatkan ilmu yang manfaat dunia dan akhirat.

Ada banyak hal, yang belum dibahas dalam tulisan ini. Kita lanjutkan pada tulisan berikutnya yang lebih detail pembahasan nya. Semoga bermanfaat. Aamiin 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Idul Fitri, " Tiga Pesan Ramadhan "

Agenda Santri di Awal Tahun 2024

"Menjadi Pegawai Allah", Halal bi Halal keluarga besar Asshiddiqiyah