Mengasah Talenta Berdiksi


Judul: Mengasah Talenta Berdiksi
Resume Ke: 18
Gelombang: 28
Hari/ Tanggal: Jum'at, 17 Februari 2023
Tema: Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber: MayDearly
Moderator: Widyawati Setianingsih,S.Ag

Pertemuan KBMN ke-18, masih tentang menulis dengan kata-kata yang indah. Jika sebelumnya kami belajar pantun, puisi, dan kali ini belajar tentang diksi dan seni bahasa. Diksi sendiri pengertiannya menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam tulisan.

Narasumber kali ini tentunya sangat ahli dalam berkata-kata indah alias pandai berdiksi. Beliau adalah Ibu Maydearly, dan akan ditemani oleh moderator kita Ibu Widyawati Setianingsih,S.Ag. Sebelumnya Bu Widya pernah menjadi narasumber di KBMN 28 pertemuan ke-11, dengan materi mengelola majalah sekolah. Bu Widya memang sangat menyukai puisi, kemampuan puisi beliau pernah ditunjukkan dalam channel YouTube nya saat itu. 

Nah, di awal pertemuan KBMN kali ini, diawali oleh sang moderator dengan karya akrostik puisi nya.

SAHABAT

Oleh : Widya Setianingsih

*S* ayap kami saling menyangga

*A* rungi berdua gemerlap letihnya dunia

*H* adirkan setiap warna membungkam resah yang ada

*A* baikan setiap mata munafik yang bersorak dalam duka

*B* iarkan tangan kami saling tergenggam, menguatkan dalam balutan doa

*A* tau mentertawakan takdir yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa

*T* ak usah dengarkan mereka, cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.

Selanjutnya, moderator mengirimkan puisi karya narasumber, Maydearly dalam balutan diksi indah nan menawan berikut ini.

*Senja Mengukir Cinta*

*_Oleh: Maydearly_*

Deru angin dalam semilir

Mengukir ruang resah

Tentang senja paling gulita

Yang membawa rasa untuk dia.

Untuk rembulan dalam temaram

Ku titipkan singasana cinta

Berceloteh tentang rindu

Yang bersembunyi dalam diam.


Sunyi bertahta dalam gelap

Hampa riak suara, kelabu

Hanya menandu rindu

Dari cinta yang berselimut dingin.


Rasa cinta yang tetap terjaga

Bak bersanding dengan alam

Menjadi singgasana keabadian

Membumi dengan lubuk paling dalam.

Untuk dia, ku jaga rasa

Memeluk rindu seabad

Ku sampaikan dalam maya

Agar terukir cerita paling menawan.

Foto narasumber dan moderator pertama kali kopdar
Jakarta 27 Desember 2022

"Saya mengenalnya sebagai narasumber. Sedangkan saya sendiri sebagai peserta. Hal yang membuat saya jatuh cinta padanya adalah keindahan diksi dalam tulisannya. Seolah saya dibawa terbang menuju negeri fantasy. Menggugah rasa syahdu, rindu yang berwarna-warni. Ada manis yang enggan ku lepas, ada rintik yang enggan ku sudahi. Akhirnya hatiku memilih dia Sang Penjaga Hati. Hingga kini jalinan rasa itu terpintal dalam riang dan sendu. Memadu dalam satu kata _*SAHABAT*_" ujar Bu Widya.

Biodata narasumber 

Bu Widya menggambarkan sosok sahabat nya sebagai perayu ulung yang membuat beliau klepek-klepek dibuatnya. Simak bagaimana rayuan maut maydearly pada Bu Widya. 

Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.

Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku. 

*I Love You to the Moon and Back*

(Maydearly)

Sebelum kelas dimulai, terjadilah balas membalas rangkaian diksi antar narasumber dan moderator.

Narasumber:

Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.

Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.

Moderator:

*Gerimis itu masih kamu, pelan-pelan membasahi dengan sejuk yang tak ingin kusudahi.*

Narasumber:

Terimakasih Bestie ku tersayang, aku mengenalmu dari deret huruf sebagai batas ucap yang mempesona.

Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh, memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan.

Baiklah Bapak/ Ibu izinkan saya meminjam waktu dengan jemari yang berlarian  di atas layar kaca. 

Sebuah materi *Diksi dan Seni Bahasa* semoga menjadi cemilan yang menawan di pembuka malam nan elegan.

Berharap, malam ini menjadi malam yang paling teduh yang kita dapatkan. Ditemani dengan secangkir kopi yang mempertemukan kita di satu meja virtual. Sebuah tempat dimana sang emoticon☺️☺️ menjadi persembahan sebagai tanda perkenalan dari *Maydearly*.

Malam ini terasa lebih istimewa entah para peserta yang sedang manis-manisnya atau aku yang sedang menggebu-gebu untuk bertemu para pejuang ilmu.

*Maydearly* sebuah nama tanpa titik koma, ia menyadur makna diantara serpihan kata yang melahirkan karya. Tak perlu di tanya alamat blog nya😅 hanya lewat sebuah karya dia pernah berbicara, merupa, menulis, bercerita, dan berdoa sebagai rupa sejarah untuk masa tua.

Yang pasti bertemu para pejuang ilmu yg siap berdansa dalam lautan diksimu

Malam ini  adalah rentetan senja yang patut kita raih dengan 'Bismillah'. 

Berharap ada candu setelah temu, sehingga kita bisa dipersatukan oleh pijakan bumi, dan saling bercabang di ujung mimpi.

Ratu Diksi sangat cocok sekali disandang oleh Bu Maydearly, karena setiap ucapannya penuh dengan kata-kata yang indah nan menawan.

Selanjutnya materi penjelasan tentang diksi dan seni bahasa 



Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi *diction* Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.


Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam *Poetics*– salah satu karyanya. 

Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.


William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. 

Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

Lantas, apakah begitu sulit kita dalam berdiksi?

"*Honestly I fell ashame* membawakan materi tentang Diksi, karena saya bukan ahli sastra, lebih tepat hanya sebagai *penyuka diksi*", ungkap sang narasumber dengan rendah hati.

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa. Pertanyaan yang sering muncul pada penulis adalah:

Apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah?

Saya merasa takut tulisan saya terdengar garing ketika dibaca.

Bu Maydearly mengungkapkan bahwa menulis itu Se sederhana mengadukan gula dalam gelas kopi

Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan

Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan?

Libatkan 5 macam panca indera kita.

Dan kunci penting lainnya adalah kita harus peka dan baper.

1. *Sense of Touch* 

adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

 Contoh:

*Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi*

2. *Sense of Smell* 

adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

*Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan*

3. *Sense of Taste* 

adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

*Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.*

4. *Sense of Sight* 

adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh

*Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan*

5. *Sense of hearing* 

adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh

*Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu*

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.

*Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim*.

Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara.

Tantangan dari narasumber:

"Silahkan Bapak/Ibu menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera. Boleh juga menulis tentang malam."

Yuk.. Yuk... Buka mata, alirkan dalam nadi, dan tarikan dengan jemari.

WAG KBMN 28 pun dibanjiri lautan diksi:

1. Sahabat

Sahabat dalam suka, namun kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam. 

2.Malam ini memancarkan cahaya harapan. Sekian lama kelam tanpa aroma kasturi. Bau kemenyan dan dupa berangsur menghilang. Sirna terhapus oleh hadirmu

3.Malam ini ku tercenung

Membaca kalimat demi kalimat yang mendayu menyejukkan hati. 

Seakan tak kuasa beranjak dari layar kasih penuh makna

Terimakasih sahabatku yang telah memberi ilmu di malam syahdu ini

4.Memanah Bintang

Karya Rismalasari

Nun jauh di angkasa

Kelipmu goda hasrat diri

Tuk meraih mimpi

Bergumul dalam awan pengharapan

Bertaruh waktu perjalanan


Nun jauh gemintang malam

Cahaya mu semu hadirkan ragu

Tuk capai harapan

Berbagai rancangan dibiaskan

Berbagi waktu terlenakan


Hadirmu laksana memanah bintang

Jika telah lewat masa

Harapan pun kan hilang

Berganti pagi menjelang

4. Gelas kopiku kini hanyalah sebentuk ruang hampa tanpa rasa semenjak kau tinggalkanaku sendiri dalam kefanaan.

5. Ketika senja memeluk malam dengan dekapan yang tak ingin terlepas. Ada naluri ingin berbagi kasih yang tak mungkin tertunda lagi.

6. Seorang waita berbaju merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.

7. Rembulan malam ini enggan bersinar

terlihat gelapnya kabut menutupi cahayanya

Tapi aku terpesona 

oleh senyum indahmu di malam ini 

yang terlihat olehku bagai bulan purnama 

8. Ketika jiwa terasa sepi

Seakan terbayang dirimu dihadapnku

Ingin rasanya kupeluk kesah dirimu

Tapi apa daya diriku kepadamu

Hanya bisa kuratapi diriku membangknmu

9. Kutatap mendung di mata yang senantiasa teduh itu. Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik deras. Ku dekati di yang terlihat galau berkaca. Ya. Muridku yang selalu ceria kini berubah menimbulkan sejuta tanya.

10. Aku dan Kamu

      (Rosjida Ambawani)

Ku lihat lagi senyum mataharimu

yang buatku terpaku beku

Ku rasakan hembus nafasmu

mengalirkan darah biru rinduku

Ku dengar lembut suara indahmu

menyadarkanku kau bukan siapa-siapaku ...

(Ciamis, 17.02.23)

11. Pink mewakili hatimu, 

Yang merekah bak bunga yg terselip ditelinga kembang desa

Bukan karena cinta mu yang membara lalu padam oleh penatian jawaban. 

Tapi, pink lambang kebahagian yang engkau utarakan saat segala ucapan abis namun tak cukup mewakilkan... 

Pink warna indah mengumumkan berapa engkau menebar pesona keindahan. 

Pink adalah meydearly

12. Aku..

Berlayar dalam lautan ilmu

Berlabuh di samudera persahabatan

Berselancar di dunia Maya yang punya banyak makan

Kini ku terpatri oleh tulisan" bermakna oleh sang guru Diksi 

Membawa angan ku ke negeri langit yg berprestasi 

Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin *Pasti Bisa*


*Did you know a true writes is someone that never feeling down*. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never *give up*. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba. 

Seberapa sulit ia menata perasaan nya, *she's always create a good idea* ia selalu menumbuhkan ide-ide baru

 Tidak sulit bukan? Karena yang sulit adalah tidak ingin memulai


Buku Maydearly yang akan launching 

Mohon doa untuk buku terbaru Maydearly yang sebentar lagi launching. Sebuah buku Autobiograpi yang kaya Diksi dan patut dikepoin

 Tuhan membawa pesona Sang Astuti lewat celah barisan kehidupan. Astuti  mengembara lewat kata, tawa, dan dilatasi warna.

Diiringi bunyi menukik yang mencumbui keheningan, ia menjejakkan kaki dalam prosa bertajuk pelangi.

Astuti, di aroma tanpa irama kisahnya menggantung di langit mengepung jutaan bintang, liar dan berbinar menelusup otak dan jemari. 

Astuti mengendap lepas dari jenuh eligi kehidupan, tentangmu patut direguk tanya.


Sesi tanya jawab:

1. Endang Ratna Juwita_ Bogor

T: 1.Bagaimana caranya kita untuk bisa membuat diksi yg indah dan bisa menyentuh kalbu?

2.Adakah kamus atau buku yang berisi diksi?

3.Bagaimana menyingkirkan keraguan kalau tulisan diksi kita ini pantas untuk di baca


J. 1.Cara membuat Diksi yang indah telah saya kemukakan di sesi materi, yaitu mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.

2. Kamus untuk Diksi maybe belum ada Bunda. Tapi ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.

3. Tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.

2. Saepul Hikmah _Rengasdengklok Karawang

Pertanyaan Diksi dan Puisi tidak bisa dipisahkan, bagaikan sambel dan pedasnya.

Pertanyaan nya apakah Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran?  Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana trimakasih


J: Apakah Diksi dan ada pada tatanan pikiran?

Diksi tak melulu untuk puisi ya Bapak ibu.

Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara. 

Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

3. Bunda

T: Apa ada tips yang ibu miliki yang kiranya dapat menambah diksi saya sebagai pemula dan apakh langkh awal untuk memulai sebuh puisi

J: Tips bagaimana cara mengembangkan Diksi adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai. Jadi, siaplah dengan memulai dan membaca.

4. Imro'atus Sholihah_ Jombang Jatim

Setelah saya mengikuti penjelasan Bu May dari awal tentang *Diksi* arahnya ke puisi ya. Apa diksi hanya untuk puisi? Apa ada syarat-syarat ketepatan diksi?Materi seni bahasanya?

J: Disini saya tekankan *Diksi tak melulu untuk puisi* 

Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.

Tulisan saya untuk Diksi kebanyakan adalah sebuah cerpen.

Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara. 

5. Wahyuning_ Jakarta

T: Jika menulis adalah my passion, maka membaca adalah my duty. So bagaimana mengolahnya agar 5 panca indera itu tergali? Krn terkadang merasakan saja tidak cukup. Terima kasih

J: Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa. 

Pepatah mengatakan *menulislah dengan hati*

Karena apa?

Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.

6. Eka Yulia_Kab. Seruyan. Kalteng.

T: Apakah diksi selalu harus yang mengandung arti kiasan?

J: Diksi tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google kentara di sebut dengan *sinonim* bagaimana tulisan kita tergali dengan baik? Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.


Kiasan itu termasuk peribahasa, bukan Diksi ya Bapak/Ibu

7. Rosjida Ambawani

T: 1. Apakah puisi yang bagus itu yang sulit dipahami? Yang menjadikan kita mengernyitkan dahi dalam memahami?

2. Jika kita ingin mengungkapkan suatu rasa dan itu ternyata susah mencari diksi yang pas  manakah yang lebih penting : ungkapan rasa yang lebih tepat terungkap atau mencari dulu diksi yang serasi?

J: 1. Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi.

2.Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

8. Toto - Bekasi

T: Apakah ada contoh diksi indah dalam karya tulis ilmiah?

J: Jika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema Sastra.

9. Alfanita_Tangerang 

T: Bagaimanakah seharusnya sikap seorang penulis diksi ketika keadaan hati dan pikirannya sedang berkecamuk atau tidak baik-baik saja namun bisa tetap membuat tulisan/diksi yg bermakna n menyentuh hati??

J: Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. 

Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca.

Saya makin esmosi biasanya Diksinya makin banyak 😆😆😆

Makin baper, makin super. Makin Bucin tulisan makin micin (Nano-nano) karena saya selalu libatkan hati.

10. *Evridus Mangung* _ NTT.

T: 1. Apakah pemilihan diksi harus disesuaikan dengan pembaca/pendengar?

2. Bagaimana teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti

J: 1. Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca. 

2. Tehnik memilih Diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti? Saya kurang faham dengan pertanyaannya.

Diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca bukan?

11. Musiroh - Sidoarjo

T: Ijinkan bertanya, ketika sekelompok kata tiba-tiba muncul menjadi kalimat yg berhamburan keluar dari hati lewat pikiran dan tertoreh diatas kertas menjadi sebuah catatan, apakah perlu diksi khusus sbg label atas serangkaian kata yg muncrat mbak lumpur Lapindo ? 

J: Terimakasih Mba Musiroh atas pertanyaannya yang penuh Diksi. Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik.


Waktu tampak menunjukkan keterbatasannya, sang moderator pun mengingatkan,

Sobat nusantara yang luar biasa, malam semakin menuntut haknya untuk rehat. 

kebersamaan kita memang hanya di udara. 

Tapi tak menyurutkan  terjalinnya suatu kisah. 


Ruang dan waktu kita memang beda

Bukan berarti rasa tak boleh sama. 

Saat-saat langkah terayun menjauh

Jarak kitapun semakin membentang

Akankah semuanya tinggal kenangan

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan sirna terkubur oleh waktu.

"Sang waktu senada dengan bunyi cacingku di lautan empedu", sang narasumber membalas.

Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.

Sang moderator pun menutup dengan motivasi yang penuh diksi

*_Malam semakin lelah dan bersiap menuju peraduan._* 

*_Keharuman mimpi melambai mesra mengajak kita untuk segera menuju pelukan malam_*

Kita tidak akan faham takdir tulisan kita akan menghilir kemana, tapi dengan tetap terus menulis insyaallah tulisan kita akan sampai pada takdir yang indah. 

*Believe or not is yours.. prove it*

*Sobat nusantara yang luar biasa*. 

*Waktu seakan* *cemburu melihat keromatisan kita*

*Maka sebelum waktu membunuh kedekatan kita. Biarkan kita* *mengalah untuk berpisah.* 

" Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan. Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani."

Sobat, bukan suatu kebetulan kita bisa bersama di dalam kelas menulis PGRI ini. Semua ada visi dan misi yang telah dititipkan Sang Maha Esa pada diri kita masing-masing. 

Bisa jadi visi dan misi yang sangat besar  yang membuat kita bisa mengubah dunia dengan tulisan kita, atau visi misi paling sederhana membuat kita berguna bagi keluarga, sahabat kita untuk mewarnai lingkungan dengan aura positif. 

Tapi dari semua itu ada visi misi terbesar yang di gariskan untuk kita lalui. 

✍️Menulis membuat kita bahagia... 

✍️Menulis membuat kita berbeda... 

✍️Menulis membuat kita   terkenang. 

✍️Menulis adalah obat paling mujarab untuk kita saat terluka. 

✍️Hanya dengan menulis membuat kita bisa menjadi diri kita sendiri.

Jadi 

Sejatinya kita menulis bukan untuk dunia. Tapi..

*KITA MENULIS UNTUK DIRI KITA SENDIRI.*

(Widyawati Setianingsih)

Terimakasih Bu Maydearly dan Bu Widya para jagoan diksi. Senang dan semangat diri ini dalam mengasah diksi yang terkubur dalam diri.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Idul Fitri, " Tiga Pesan Ramadhan "

Diatas Guru Ada Do'a Para Nabi, HGN di Asshiddiqiyah

Kunjungan ke Wali Santri SMP