Kesan Manis Bersama Mrs Benish dari Pakistan

Merupakan suatu kehormatan bagi pondok pesantren Asshiddiqiyah (AIC), menerima kunjungan  tamu dari Pakistan. Menurut informasi, bahwa tamu dari Pakistan ini dalam rangka "Indonesia Exchange Programme". Nah datang ke Asshiddiqiyah kurang lebih dalam rangka studi banding, khususnya dalam hal pembelajaran agama Islam di pesantren AIC. 

Adapun jumlah rombongan ada  10 laki-laki dan satu perempuan. Dengan mengendarai bis, para tamu datang pukul 10 pagi, berangkat dari penginapan di Horison Hotel. Berikut ini profil para tamu:





Yang paling menarik bagi kami selaku penyambut tamu putri, tentu nya adalah tamu yang menjadi satu-satunya wanita di rombongan, yaitu Mrs Benish. Sebenarnya ada satu wanita lagi, namun karena kondisi nya sedang tidak sehat, sehingga tidak bisa turut hadir.  


Mrs Benish tampak anggun dengan balutan baju muslimah khas Pakistan, berwarna biru senada dengan kerudung nya dan ada selendang putih yang dikaitkan di salah satu pundaknya. Sempat anak santri salfok dengan peniti besar yang digunakan untuk mengaitkan selendang dan kerudung nya. 

"Mis, orang Pakistan nggak punya bros ya? Yang di pake itu kan peniti kasur Mis". Kata Anjel anak bahasa. 

"Ya, mungkin mereka sudah terbiasa dengan peniti itu sebagai aksesoris", jawab ku sekenanya. 

Mrs Benish, selain cantik juga ramah. Setiap kali aku menyapa, dia merespon dengan antusias. Mrs Benish, tak segan untuk bertanya tentang hal- hal yang ada disekitarnya. 

Dia sempat bertanya "Is that kitchen?" sambil menunjuk ke arah bagian depan rumah bunyai yg ramai dengan orang memasak. Secara spontan aku menjawab "yes". 

"Oh great, The Kitchen is so big". 

Aku pun langsung merevisi jawaban ku. " It's emergency kitchen, it should be a garage, because the house is being repaired".

"Oh, I see", jawab wanita yang berprofesi sebagai aktivis perempuan Pakistan itu. 

Di ruang tamu rumah bunyai, para tamu mendengarkan paparan dari Gus m kemudian dilanjutkan tanya jawab dari para tamu Pakistan. 

Presentasi oleh Gus M

Beberapa pertanyaan mereka adalah sekitar metode pengajaran dan kurikulum yang ada di pesantren. Ada juga pertanyaan mengenai isu- isu perbedaan antar umat islam, ikhtilaf seperti musik dan percampuran laki-laki dan perempuan di satu pondok. 

Mrs Benish menjelaskan kepada ku bahwa di Pakistan, sebuah pondok atau madrasah hanya ada satu jenis saja, tidak ada dalam satu pondok ada putra dan putri. Dia menyebutnya bahwa di Pakistan, betul-betul terpisah tempat antara putra dan putri dengan jaraknya yang sangat jauh. 

Mengenai adanya santri putra dan putri dalam pesantren, dijelaskan oleh Gus M dengan tetap mengedepankan aturan Islam. Meski secara tempat dalam satu wilayah, namun dalam semua aktivitas dilakukan secara terpisah. Atau di berikan pembatas / satir, jika dalam satu kegiatan. Jika masih bisa terlihat satu sama lain, maka hal tersebut karena keterbatasan tempat yang memang lahan pesantren yang kecil. 

Adapun penjelasan perbedaan aliran antar agama Islam di Indonesia, dijelaskan oleh Gus Mahrus (Gus M), bahwa terdapat dua kelompok besar Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU) yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari dan Muhammadiyah(MD) oleh KH Dahlan. Dan AIC termasuk yang Nahdlatul Ulama. 

Namun yang menarik adalah pemimpin kedua ormas Islam tersebut adalah satu guru yaitu Syekh Sulaiman dari Mekkah. Keduanya juga merupakan pahlawan nasional yaitu para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Dan dalam penyebaran ajarannya, keduanya memiliki cara yang berbeda. 

MD lebih kuat pengajarannya sesuai yang diajarkan oleh Syekh nya, sedangkan NU mengajarkan dengan cara beradaptasi dengan kebudayaan lokal. Hal ini yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang masuk Islam. 

Kebudayaan lokal itu diambil dari agama Hindu dan Budha, yang menjadi mayoritas agama yang dianut masyarakat Indonesia. Seperti alat musik berupa gending, yang biasa dipakai untuk pemujaan. Kemudian ada adat orang meninggal, sehingga ada kumpulan Tujuh harian, 40 harian, dan sebagainya.

Kebudayaan lokal di kombinasikan dengan ajaran Islam, sehingga banyak karya lagu Jawa para ulama- ulama yang berisi kan nasihat- nasihat agama. Adat tahlilan 7 harian, 40 harian orang yang meninggal masih dilakukan oleh warga NU. 

Usai tanya jawab, para tamu berkeliling didampingi para santri bagian bahasa. Area pertama adalah masjid yang saat itu dipakai untuk belajar santri Ma'had Aitam. Miss Benish cukup takjub dengan semangat para santri yang belajar dengan rasa senang dan antusias.

Berkeliling area pesantren

Mis Benish juga antusias saat melewati kumpulan anak SMP yang sedang belajar MTK di masjid. Bahkan Mis Benish minta foto dengan guru MTK, Pak Iskandar yang kebetulan mengajar di masjid. 

Pembelajaran MTK

Beberapa kali Mis Benish menyatakan betapa ramahnya orang Indonesia. Beliau juga mengagumi kemampuan bahasa Inggris anak-anak bahasa yang selalu aktif bertanya dan merespon pertanyaan dengan baik. 

Satu hal lagi yang menarik perhatian Mis Benish adalah Bagusnya program pengabdian para alumni seperti Mis Farhani dan Mis Anisa. 

Kami memang menceritakan bahwa ada beberapa alumni usai menyelesaikan pendidikannya diluar akan kembali lagi ke pesantren untuk mengajar. 

Mis Benish menjelaskan ke teman-temannya dengan Bahasa Urdu bahwa sangat baik sekali ada program untuk alumni yang setelah belajar di luar, dia kembali lagi ke pondok untuk mengajar. Karena hal tersebut akan lebih efektif dalam mendampingi para santri dalam proses belajar mengajar. 

Bersama anak bahasa

Di sela-sela makan siang, Anak-anak bahasa berbincang dengan Mis Benish. Anak-anak bertanya banyak hal seperti film Bollywood, makanan khas Pakistan, dan sebagai nya. 

Berbincang ringan

Ternyata di Pakistan banyak makanan seperti makanan Arab, seperti kebab, nasi Briany, dan lain- lain. Tentang film, Mis Benish menyatakan bahwa dia tidak punya waktu untuk nonton film Bollywood.

Tapi saat aku bilang drama Korea, Mis Benish bilang suka dengan drakor. Dia bercerita bahwa putrinya suka sekali dengan BTS dan sering membuat love sign menggunakan jari  telunjuk dan jempol sebagaimana yang sering dilakukan para koreanis. 

Obrolan kami semakin asyik, Mis Benish juga mengajarkan beberapa Bahasa Urdu. Tapi sayang nya, satupun nggak ada yang bisa kuingat karena susah melafalkan. He.. He.. 

Mis Benish juga kagum dengan akhlak anak-anak yang mencium tangannya di awal kedatangan. Dan secara spontan, dia mencium balik tangan anak-anak. Nah...di akhir kepulangan, Mis Benish memeluk anak-anak satu persatu dan para guru Putri. 

Pelukan perpisahan

Dalam kesempatan itu, Anak-anak memberi kan souvenir berupa aksesoris untuk jilbab. Mis Benish sangat terharu sekali "Oh.. Thank you very much.. My daughter will be very happy for getting these". Ibu empat putri itu pun merasa senang sekali. 


 Alhamdulillah seluruh tamu dari Pakistan sangat senang dengan sambutan kami dan mendoakan agar kami bisa berkunjung ke Pakistan. Aamiin. 

Simak video kunjungan tamu Pakistan selengkapnya:




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diatas Guru Ada Do'a Para Nabi, HGN di Asshiddiqiyah

Agenda Santri di Awal Tahun 2024

NASIHAT HABIB ABDULLAH BIN HUSEN AL- HADDAD : ISILAH HARI- HARIMU DENGAN KEIKHLASAN